Minyak naik karena prospek China, sumber kekhawatiran setelah gempa Turki

MELBOURNE (ANTARA) – Harga minyak naik untuk sesi kedua perdagangan Asia pada Selasa sore, didorong oleh optimisme pemulihan permintaan di China, dan kekhawatiran kekurangan pasokan menyusul penutupan terminal ekspor utama menyusul gempa bumi di Turki.

Minyak mentah Brent berjangka naik US$1,74, atau 2,15 persen, diperdagangkan pada US$82,73 per barel pada 0804 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah US$1,70, atau 2,29 persen, diperdagangkan pada US$75,81 per barel.

“Harga minyak mentah naik karena ekspektasi bahwa pemulihan China akan bertahan dan berkurangnya pasokan akibat gempa dahsyat di Turki,” kata Edward Moya, analis OANDA.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan setengah dari pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini akan datang dari China, kata kepala badan tersebut pada Minggu (5/2/2023), menambahkan bahwa permintaan bahan bakar jet meningkat.

Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, menaikkan harga minyak mentah andalannya kepada pembeli Asia untuk pertama kalinya dalam enam bulan dengan harapan pemulihan permintaan, terutama dari China.

Operasi di terminal ekspor minyak Turki di Ceyhan dihentikan setelah gempa besar melanda wilayah tersebut. Terminal BTC, yang mengekspor minyak mentah Azeri ke pasar internasional, akan ditutup pada 6-8 Februari.

Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di bank ANZ di Sydney, juga menunjuk penutupan 535.000 barel per hari bagian Tahap 1 dari ladang minyak Johan Sverdrup di wilayah Laut Utara Norwegia sebagai pendorong utama harga.

Pasar minyak akan menyaksikan pidato Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada Rabu (8/2/2023), kata para analis. Kenaikan suku bunga biasanya memperkuat dolar, yang dapat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli non-AS.

“bergulir harga minyak lebih seperti langkah hati-hati menjelang pidato Fed Powell besok, ketika ketua Fed mungkin mengisyaratkan kenaikan suku bunga di masa depan,” kata Tina Teng, analis di CMC Markets.

Baca juga: Wall Street berakhir lebih rendah, investor menunggu langkah Fed selanjutnya
Baca juga: Emas naik ke $2,90, rebound dari minggu terburuk dalam 7 bulan
Baca juga: Dolar jatuh di Asia, Aussie perkuat outlook “hawkish” RBA

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
HAK CIPTA © ANTARA 2023